
POTENSI Kabupaten Banjarnegara sebagai penghasil singkong terbesar kedua di wilayah Jawa Tengah (Jateng) menjadi tantangan sekaligus peluang yang tidak disia-siakan oleh pemuda lulusan teknik elektro berusia 28 tahun ini.
Riza Azyumarridha Azra, seorang generasi milenial yang mendirikan Rumah Mocaf yakni perusahaan yang berlandaskan asas sociopreneurship di Kutabanjarnegara, Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Jateng.
Singkong Diolah Menjadi Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour)
Sebelum merintis usahanya, Riza banyak berdiskusi dan menggali informasi dari berbagai kalangan mulai ahli singkong sampai dosen – dosen teknologi pangan. Dengan bekal pengetahuannya, Riza pun mencoba untuk menambah nilai tambah dari singkong dengan diolah menjadi tepung Mocaf (Modified Cassava Flour).
“Saya mulai belajar membuat tepung Mocaf dari nol hingga berhasil, lalu menularkannya melalui edukasi ke sejumlah petani lain tentang cara pembuatan tepung Mocaf. Mereka di bekali hingga dapat secara mandiri memproduksi sampai memasarkan mocaf dan mendapat harga yang lebih tinggi dibanding menjual singkong dalam keadaan segar,” ujar Riza.
Indonesia Berada Pada Nomor Urut Kedua Penghasil Singkong Terbesar Di Dunia Setelah Brasil
Menurut Riza, singkong yang tumbuh di wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Indonesia pun telah dikenal berada pada nomor urut kedua penghasil singkong di dunia setelah Brasil. “Itulah yang membulatkan tekad saya untuk mendirikan Rumah Mocaf ini,” katanya.
“Dalam mendirikan Rumah Mocaf ini saya bertekad mempertahankan konsep sociopreneur yang sudah menjadi ruh bisnisnya,” jelas Riza.
“Kendati suatu saat terjadi industrialisasi, kami akan tetap dengan konsep socioprenuer yang disebut sebagai demokratisasi ekonomi yakni adanya keterbukaan, keadilan dan tidak ada yang merasa dirugikan. Semua masyarakat yang terlibat saling menguatkan untuk terus mengembangkan tepung mocaf”, paparnya.
Pembagian Claster di Rumah Mocaf Indonesia
Saat ditanya mengenai pengelolaan usahanya, Riza mengaku telah melakukan upaya besar dengan menerapkan konsep membagi deskripsi pekerjaan yang disebut cluster. “Cluster pertama para petani sebagai produsen bahan baku. Pendampingan dan edukasi yang diberikan untuk petani adalah seputar produktivitas, literasi finance, integrated farming untuk menentukan HPP (harga pokok penjualan) singkong,” ujarnya.
“Selama ini petani hanya menanam, tanpa membuat analisa usaha, analisa usaha lahan dan margin. Integrated farming dengan ternak kambing dan sapi, dengan memanfaatkan kulit singkong diolah menjadi pakan dan kotoran ternak untuk pupuk, lahan menjadi lebih produktif dengan produksi tiga kali lipat dan menghasilkan singkong organik, yang terpercaya sehingga memiliki nilai jual yang tinggi, “ tutur Riza.
Sementara untuk cluster kedua, dijelaskan Riza, dengan memberdayakan para ibu rumah tangga yang dilibatkan dalam mengolah singkong menjadi chips Mocaf sehingga timbul perekonomian baru yang memberikan penghasilan baru.
“Sedangkan cluster ketiga yaitu memberdayakan anak–anak muda yang bertugas melakukan quality control, branding, packaging, edukasi dan pendampingan kepada petani serta pengrajin,” ujar Riza. ”
Inovasi Produk Turunan Tepung Mocaf
Karena target market Rumah Mocaf, maka kualitas menjadi yang utama. Tugas lain cluster ke tiga ini juga membuat inovasi produk turunan, seperti mie Mocaf, kue pie Mocaf, dan produk lainnya”, tambahnya. Lebih lanjut Riza menjelaskan Rumah Mocaf juga dikembangkan menjadi resto yang cukup ramai dikunjungi kaum milenial. “Kami memiliki resto Rumah Mocaf tempat anak–anak muda nongkrong, dengan menu kekinian seperti fried chiken, mie ayam dan semua terbuat dari Mocaf, ini sebagai bentuk edukasi kami ke mereka, “ ungkapnya.