Singkong, ketela pohon, atau ubi kayu (Manihot utilissima) merupakan perdu tahunan tropika yang dapat dimanfaatkan dari ujung akar sampai ujung daun. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya akan karbohidrat, tetapi mengandung sedikit protein. Sementara itu, daun singkong dapat sebagai sumber protein yang baik karena mengandung asam amino metionin. 

Singkong merupakan umbi yang paling banyak dijumpai di Indonesia, sehingga sudah tak asing bagi masyarakat Indonesia. Namun, singkong masih seringkali dipandang sebelah mata oleh banyak pihak. Adanya stigma singkong sebagai tanaman kurang berkelas. Padahal, sebenarnya singkong memiliki segudang manfaat bagi tubuh, seperti sebagai antioksidan, antikanker, dan antitumor. 

Kandungan serat yang tinggi pada singkong dapat menjadikan singkong sebagai makanan diet. Serat dapat menurunkan berat badan dan memberikan efek kenyang lebih lama sehingga dapat menjaga berat badan tetap ideal. Serat juga mampu menjaga kesehatan sistem pencernaan, menurunkan resiko darah tinggi, dan dapat mencegah diabetes.

Olahan Singkong yang Kekinian 

Tanaman yang erat dengan nilai kesederhanaan ini, kini telah menjelma menjadi komoditas pangan yang dapat diolah menjadi berbagai macam hidangan lezat kekinian, diantaranya croissant singkong, singkong ovomaltine keju, kroket singkong, crispy singkong, stik singkong, pie singkong, lasagna singkong, pizza singkong, ice cream singkong, dan lain-lain.

Umumnya, umbi singkong diolah dengan cara direbus atau digoreng, namun dengan berbagai inovasi, umbi singkong dapat dijadikan camilan yang mengenyangkan dan dapat diterima banyak kalangan, misalnya olahan umbi singkong menjadi brownies singkong, donat singkong, kue talam singkong, lemet, pastel singkong, sawut, getuk, tiwul, lapis singkong, tela-tela singkong, keripik singkong, dan olahan singkong dengan penambahan berbagai macam rasa bumbu tabur seperti balado, keju, BBQ, jagung bakar, dan lain-lain. 

Selain umbi singkong, daun singkong dapat diolah menjadi cemilan maupun menu utama masakan khas nusantara yang tidak kalah nikmat, misalnya rolade daun singkong, bola-bola daun singkong, tahu isi daun singkong, gulai daun singkong, buntil daun singkong, daun singkong masak santan, dan lain-lain.

Pentingnya Proses Pengolahan yang Tepat 

Pengolahan singkong perlu dilakukan secara benar dan tepat karena memiliki kandungan sianida yang berbahaya bagi tubuh. Penghilangan zat sianida pada umbi singkong dapat dilakukan dengan cara perendaman umbi singkong yang telah dikupas dalam air bersih selama 48-60 jam. Selanjutnya, pemasakan singkong hingga benar-benar masak sempurna. Anda bisa menggoreng, merebus, atau mengukus singkong selama minimal 25 menit. Hal ini untuk mencegah keracunan sianida akibat mengkonsumsi singkong mentah atau yang dimasak kurang matang. Untuk distribusi dengan jangka waktu lama, singkong perlu diolah terlebih dulu menjadi bentuk lain yang lebih awet, seperti gaplek, tapioka (tepung singkong), tapai, peuyeum, keripik, dan lain-lain.

Dalam pengolahannya, daun singkong memerlukan perlakuan khusus. Apabila kurang tepat, daun singkong akan menjadi liat, pahit, mengeluarkan aroma khas yang tidak sedap, dan warnanya menjadi gelap. Namun, ada teknik tertentu yang biasa digunakan oleh orang tua zaman dulu yang terbukti efektif menghasilkan daun singkong  yang tidak pahit, cepat empuk, dan tidak hitam.

Langkah pertama yaitu pilih daun singkong yang masih muda, kemudian cuci hingga bersih dengan air mengalir. Rebus daun singkong dalam air mendidih dan disarankan memasukkannya ketika air sudah mendidih. Hal ini bertujuan agar daun singkong cepat empuk dan warnanya tidak menghitam. Saat perebusan, tambahkan sedikit garam untuk menetralkan rasa pahit yang terkandung dalam daun singkong. Biarkan tutup panci terbuka agar daun singkong tidak berubah warna menjadi gelap dan kecoklatan. Setelah daun singkong berubah menjadi layu, segera tiriskan kemudian peras daun singkong. Daun singkong siap untuk diolah sesuai dengan selera.

Pemanfaatan Singkong sebagai Bioetanol

Manfaat singkong tidak hanya sebagai tanaman konsumsi, tetapi juga sebagai sumber energi alternatif dan terbarukan, yaitu pengolahan singkong menjadi bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang terbuat dari biomassa (tanaman) melalui proses biologi (enzimatik atau fermentasi). Bahan baku bioetanol dapat berasal dari biomassa sumber pati atau karbohidrat, seperti singkong, jagung, nira, jerami, dan lain-lain. Menurut Supriyanto (2006), tanaman singkong lebih menjanjikan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dibanding bahan lain  karena pertimbangan aspek ketersediaan bahan baku, aspek teknologi, aspek lingkungan, serta aspek komersial.

Pada dasarnya, proses pengolahan singkong menjadi etanol meliputi gelatinisasi pati, diikuti hidrolisis pati secara enzimatis menjadi glukosa dengan menggunakan enzim -amilase dan glukoamilase (likuifikasi dan sakarifikasi) yang selanjutnya difermentasi menjadi etanol dengan bantuan yeast atau bakteri. Secara umum, etanol biasa digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, bahan dasar industri farmasi, kosmetika dan kini sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Bahkan, di sejumlah negara  pengimpor minyak mentah mulai mengembangkan bioenergi dari singkong untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil yang persediaannya semakin sedikit dan tidak terbarukan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Supriyanto. 2006. Prospek Pengembangan Industri Bioetanol dari Ubi Kayu. Hlm. 88-95 Dalam D.Harnowo, Subandi dan N. Saleh (ed). Prospek, Strategi dan Teknologi Pengembangan Ubi Kayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

0
X